Nekat pulang kampung di masa pandemi virus corona, Lima orang pemudik di desa Sepat, Masaran, Sragen, diisolasi di rumah angker.
Konon rumah yang mereka tempati selama seminggu itu merupakan rumah yang keangkerannya sudah tersohor di desa itu.
Mulanya lima orang pemudik karena mereka tepergok keluyuran saat seharusnya karantina di rumahnya sendiri-sendiri. Rumah yang mereka tempati adalah sebuah gedung bekas pusat kerajinan tas di Masaran.
Gedung itu sudah 8-10 tahun terakhir tak digunakan dan dibiarkan kosong. Warga memberi julukan gedung itu sebagai rumah berhantu.
Bangunan rumah isolasi yang terkenal angker di Masaran, Sragen, itu terlihat tua. Pintu depan terbuat dari besi seperti pintu garasi atau toko. Sebagian tembok terlihat retak-retak.
Gedung beratap galvalum itu terlihat tidak terurus. Di bagian belakang masih ditumbuhi rumput dan semak-semak liar.
“Dulu gedung ini pernah ditinggali adik saya. Tetapi hanya betah sebulan lalu pindah. Katanya kalau malam sering ada suara ketukan pintu dari belakang.
Kadang juga ada bayangan hitam berseliweran saat malam hari,” ungkap Kepala Desa (Kades) Sepat, Mulyono kepada Solopos.
Gedung angker yang dijadikan rumah isolasi pemudik yang bandel di Desa Sepat, Masaran, Sragen, itu luasnya 10 meter x 10 meter dan menempati lahan 25 meter x 10 meter.
Gedung itu dibersihkan para sukarelawan Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Desa Sepat dua bulan lalu. Di bagian luar pagar dipasang baliho atau MMT bertuliskan Rumah Isolasi Covid-19 Desa Sepat.
Di bagian dalam sebelah utara gedung dipasang tirai-tirai sebagai sekat antartempat tidur.
Tirai-tirai warna hijau itu seperti sekat di bangsal kelas III rumah sakit. Ada enam sekat tetapi hanya tiga ruang yang dipasang tempat tidur.
Antartempat tidur di rumah angker untuk isolasi pemudik Sragen yang bandel itu dipisahkan satu ruang kosong selebar 1,5 meter.
Sejak dibersihkan dua bulan lalu, rumah berhantu itu baru terisi mulai Kamis lalu.
Social Plugin